Huff,....Kesepian dan kesedihan ini semakin lengkap dengan apa yang saat ini terjadi, rasanya aku tak mampu mengurai kisah, tak mampu membayangkan, ketika aku harus menapaki waktu demi waktu dalam kenangan yang sangat mengiris hati. Bukankah sebenarnya hidup itu adalah pilihan? lantas mengapa merasa asa sangat jauh untuk digenggam???
Kini perlahan aku mulai berfikir, ternyata apa yang dinamakan naluri memang tak bisa dipungkiri. Menatap luas dialam bebas, mencium aroma dedaunan dan sesekali hembusan angin membawa aroma tanah yang lembab. Kadang sesaat aku merasa sebagian jiwa pergi entah kemana' berusaha menutup perih dan luka dengan impian, walau terasa sangat berat. Aku berada ditengah keramaian,....tapi aku sendiri.
Malam menjelang aku dan Tim ekspedisi mulai mencari tempat untuk menginap,dan akhirnya kami tiba dikaki gunung yang berada di Daerah Aceh Tengah Takengon. Alhamdulillah ada sebuah Rumah kecil yang bisa kami tempati sebagai pos terakhir, karena pagi kami harus melanjutkan mendaki pegunungan yang konon banyak Edelweiss. Tujuan kami saat itu adalah menemani kakak kelas yang mau melakukan observasi untuk tugas akhir yang mengulas tentang bunga abadi edelweiss.
Mataku tak bisa terpejam terganggu kondisi dinginnya kaki bukit,saat itu jam menunjukkan pukul 03.05, sangat dingin dan mencekam, tak ada toilet, ataupun keran air didalam, sedangkan untuk keluar udara sangat dingin hingga gigiku gemeretak tak bisa diam. Tiba tiba aku teringat misi yang belum tuntas, aku kuatkan hati untuk menuruni satu demi satu anak tangga menuju pancuran air yang terbuat dari bambu, disana aku berwudhu walau sempat bergidik melihat sekeliling hitam pekat dan dingin, sesekali terdengar suara penghuni hutan, Astagrfirullah...aku istigrfar dalam hati aku berkata kalaupun aku tak mampu menghadapi kondisi alam dan sesuatu terjadi aku sempat sholat dan sujud yang terakhir pada malam itu.
Setelah selesai berwudhu aku masuk kembali ke rumah panggung, perlahan membuka carier karena aku khawatir membangunkan teman-teman yang tertidur kelelahan. Aku keluarkan mukena dan sholat di sepertiga malam itu. Ya Allah ... pemilik alam semesta dan jagad raya, bantulah hamba, kuatkan fisik dan mental agar hamba mampu menggapai puncak do'a ku. Secara tiba-tiba ada temanku yang berteriak dikeheningan malam, dia berfikir apa yang dia lihat adalah makhluk ghoib, karena di malam gelap cuaca dingin dan semua terlelap , mengapa ada yang berdiri dengan serba putih????. Jadilah aku tertawa malam itu dan memecahkan keheningan malam.
Pagi menjelang,aku dan tim mulai berkemas bersiap untuk melanjutkan ekspedisi "Burni Telong, yang mengesankan. Walau aku teringat kini ada yang sudah tidak bersama lagi,dijemput yang kuasa, Bang Andi Sutedi (Alm)"Smoga Allah menempatkan almarhum ditempat yang layak disisinya, ... amin
Aku sangat bersyukur berada di tengah orang-orang yang baik, memotivasi, penyayang, dan punya dedikasi, yang aku ingat mereka adalah saksi kehidupan remajaku anak-anak yang sangat dekat dengan alam thank's for "Maryeni neni, Love you forever Sister, Andi Sutedi (alm) dan Djumhur Abu Bakar yang mendampingi hingga hari pernikahan "Miss u bro, Zakaria (jack), Ardiansyah Bo'ard, Rusdi,T.Hadianur, Dunn kasly, Dimas Ardiansyah, teman yang usil Dedita Kd yang penuh wibawa dan buat aku ngak berani bercanda, hehehe. Tak lupa teman seiring sejalan srikandi-srikandi petualang My freind :Arianti pinem, Irmawati, Norma khairani, Ros (ibu), Aswita T. Iskandariata, Bali Yani dan yang tak bisa disebutkan satu persatu dan Alhamdulillah sekarang dibelakang nama semua bergelar Sarjana Kehutanan.
Tampa terasa jejak langkah demi langkah melewati rintangan, terjalnya bebatuan hingga tanah yang berlumut karena reruntuhan pohon pohon kayu besar yang sudah lapuk. Diperjalanan terkadang ada saja celotehan-celotehan lucu yang keluar dari mulut untuk menghibur rasa lela, dan mengurai tawa. Kami mempercepat perjalanan karena mengejar waktu agar tidak bermalam di puncak gunung. Dari informasi masyarakat dikaki bukit gunung ini kalo sore selalu hujan dan rawan longsor, jam tiga saja kabut mulai melintas , Subhanallah...
Aku tak kuasa didera kelelahan yang amat sangat,pandangan mata mulai berkunang,gigi gemeretak, yang aku ingat hanya Asma Allah...."surat surat pendek aku bacakan,...Ya Allah....aku sudah ngak kuat'..'Samar samar dari kejauhan terdengar suara yang memanggil manggil namaku....cepat dek,sedikit lagi kita sudah mau sampai ke puncak!!!" tiba tiba saja aku menghimpun kekuatan menggali kesadaran tentang misiku....
Jelas saja aku berlari, berjalan cepat dan keluar dari liana-liana akar pohon dan pijakan seperti gambut menyibak daun-daun dan.....Allahu Akbar "Subhanallah...mungkin aku tak harus pergi keluar negeri untuk menyaksikan keindahan alam yang saat ini ada didepanku... hamparan tebing yang terjal lereng-lereng gunung, dan hamparan bunga Edelwiess serta tumbuhan kerdil yang unik. Aku menjadi liar berkeliaran memetik Edelweiss dan memenuhi kantung parkaku. Tiba-tiba aku dipanggil untuk berkumpul dipuncak kemenangan dan Berkumandanglah suara Azan di puncak Burni Telong untuk pertama kali tahun 1992.
Bersambung.......